Kamis, 01 Maret 2012

KONSERVASI SUMBERDAYA LAHAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI


TUGAS TERSTRUKTUR
KONSERVASI SUMBERDAYA LAHAN
DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI
MK: TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBERDAYA LAHAN
Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Didik Suprayogo, M.sc

Oleh:
Nunik Anggraeni Puspitaningtiyas
0910480126
Agroekoteknologi C

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MINAT SUMBERDAYA LAHAN
MALANG
2011




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

            Luas lahan kritis di Nusa Tenggara Barat dari waktu ke waktu terus meningkat jumlahnya. Lahan kritis tersebut tersebar baik di wilayah lahan basah maupun di wilayah lahan kering. Tiap tahunnya, wilayah lahan kering semakin bertambah. Meningkatnya lahan kritis di wilayah lahan kering tersebut terutama disebabkan oleh kondisi ekosistem lahan kering yang rapuh (fragile), sistem pengelolaan lahan yang tidak berkelanjutan, dan kondisi sosial budaya serta keadaan sarana dan prasarana pembangunan yang tidak memadai (Suwardji dan Tejowulan, 2002). Dengan kondisi lahan kering yang rapuh tersebut, maka dipastikan akan terjadi kerusakan dan degradasi lahan yang signifikan dan dapat berimplikasi terhadap ketahanan pangan apabila pengelolannya tidak sesuai dengan kaedah-kaedah konservasi tanah dan air (Habibi, Putrawan dan Suwardji).


                 Hutan di kawasan Rinjani, sangatlah luas yaitu  lebih dari 41.000 hA (Wisata, 2011).Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan sebagainya ,(Soemarsono, 1997). Namun sayangnya di gunung Rinjani, seringkali terjadi kebakaran hutan karena terjadinya pergesekan angin hingga menimbulkan percikan api dan membakar beberapa wilayah di gunung Rinjani.


1.2  Dampak Gangguan
            Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup besar mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global, dan asapnya mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu transportasi baik darat, sungai, danau, laut dan udara. (Soemarsono, 1997).
            Produktivitas lahan menurun karena rusaknya struktur alami tanah serta ikut hilangnya unsur hara yang ada di dalam tanah yang diperuntukkan bagi tanaman, hilang terbawa thermal, kecuali unsur K yang tidak dapat terbakar. Selain itu secara langsung mempengaruhi suhu yang semakin meningkat akibat pemanasan global  yang disebabkan karena meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia,termasuk hal kebakaran hutan tersebut,  meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem sehingga menyebabkan cuaca sangatlah panas. Selain itu karena tiadanya vegetasi yang ada di sekitar treking area sampai dengan pos 3, pos peristirahatan. Hanya berupa sabana yang sangatlah luas membentang dengan tanahnya yang sangatlah tandus dan gembur sehingga sangat mudah mengalami erosi, dengan injakan kaki para pendaki gunung sehingga membuat polusi udara karena banyak debu bertebaran sangat banyak.




BAB II
KARAKTERISTIK DAN PERMASALAHAN
 DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI

2.1 Karakteristik Wilayah Taman Nasional Gunung Rinjani
Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi, tanah dan iklim. Karakteristik lahan tersebut terutama topografi dan tanah merupakan unsur pembentuk satuan peta tanah.(AnonymousB,2011)

2.1.1 LETAK
Secara geografis TN Gunung Rinjani terletak antara 116°21’30”-116º34’15” Bujur Timur dan 8°18’18”-8º32’19” Lintang Selatan. Secara administratif TN ini termasuk dalam wilayah tiga kabupaten yaitu Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, dan Kabupaten Lombok Timur di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

2.1.2 TOPOGRAFI
Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah(relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari, (Uftori, 2010). Gunung Rinjani dengan titik tertinggi 3.726 m dpl, mendominasi sebagian besar pemandangan Pulau Lombok bagian utara. Di sebelah barat kerucut Rinjani terdapat kaldera dengan luas sekitar 3.500 m × 4.800 m, memanjang kearah timur anda barat. Di kaldera ini terdapat Segara Anak (segara= laut, danau) seluas 11.000.000 m persegi dengan kedalaman 230 m. Air yang mengalir dari danau ini membentuk air terjun yang sangat indah, mengalir melewati jurang yang curam. Di Segara Anak banyak terdapat ikan mas dan mujair sehingga sering digunakan untuk memancing. Bagian selatan danau ini disebut dengan Segara Endut. Di sisi timur kaldera terdapat Gunung Baru (atau Gunung Baru Jari) yang memiliki kawah berukuran 170m×200 m dengan ketinggian 2.296 - 2376 m dpl (Wikipedia Rinjani, 2011). Airnya berbau belerang dengan suhu yang berbeda satu tempat dengan tempat lainnya, mulai dari dingin, sedang, hangat sampai panas. Gunung Baru mempunyai keistimewaan tersendiri karena gunung tersebut seakan-akan muncul dari tengah-tengah Danau Segara Anak.(Kayat, 2007)


Secara umum kawasan   Kawasan TN G. Rinjani merupakan daerah yang bergunung-gunung dengan ketinggian beranekaragam antara 500 m dpl sampai 3.726 m dpl sedangkankelerengannya mulai sedang (0 s/d < 25 %), berat (25-40 %), dan berat sekali (>40 %). Luas masing-masing kelas lereng tersebut berturut-turut adalah 16.678 ha,15.882 ha, dan 7.645 ha. Daerah yang relatif landai terdapat di bagian selatan dan timur laut, terletak pada ketinggian 1.800-2.000 m dpl yaitu kaki G. Rinjani. Puncak ketinggian terdapat di Gunung Rinjani (3.726 m dpl). Gunung-gunung lain yang berdekatan letaknya dengan G. Rinjani adalah Gunung Baru (2.376 m dpl),Gunung Sangkareang (2.914 m dpl), Gunung Buangmangge (2.895 m dpl),Gunung Kondo, dan Gunung Manuk. Di antara gunung-gunung tersebutdipisahkan oleh lembah yang luas dan jurang yang dalam dengan kelerenganyang terjal dan berbatu, (Kayat,2007).



2.1.3 GEOLOGI DAN VULKANOLOGI
Berdasarkan Peta Geologi Indonesia tahun 1975 dengan skala 1 : 250.000, formasi geologi yang terdapat di TN G. Rinjani terdiri dari batuan sediment neogen dan batuan vulkanik resent seperti andesit dan lava. Gunung Rinjani masih diklasifikasikan sebagai gunung api yang masih aktif. Berdasarkan peta bahaya vulkanologi  di G. Rinjani dan sekitarnya, daerah bahaya adalah keldera G. Rinjani termasuk G. Baru, Danau Segara Anak dan DAS Putih. Daerah waspada adalah daerah pada radius 5-10 km dari G. Baru. Secara geologi kehadiran suatu danau bergantung pada berbagai proses yang menghasilkan depresi (cekungan) permukaan tanah yang dikelilingi oleh suatu permukaan yang lebih tinggi. Danau Segara Anak dapat dikelompokkan sebagai danau vulkanik, (Kayat, 2007)
2.1.4 TANAH
  Berdasarkan Peta Tanah Nusa Tenggara Barat Tahun 1993 skala 1 : 1.000.000, dari Pusat Penelitian Tanah Bogor dan Agroklimat, di TN Gunung 185Rinjani terdiri dari jenis tanah Regosol, Litosol, Andosol, dan Mediteran dengan bentuk wilayah volkan. Jenis tanah regosol kelabu dan litosol menyebar luas di bagian puncak dan sekitar Danau Segara Anak. Pada bagian kaki G. Rinjani dikelilingi oleh jenis tanah Brown Forest Soil (Andosol) dan Regosol coklat yang menyebar dari kecamatan Kopang hingga kecamatan Aikmel, sedangkan di Kecamatan Pringgabaya ditemui jenis tanah mediteran coklat. Bahan induk tanah-tanah tersebut adalah abu dan pasir volkan yang sangat mudah (sensitif) tererosi. Hal ini dengan mudah dilihat pada sepanjang jalan pendakian yang banyak mengalami erosi parit (gully) dengan kedalaman H 50 cm. Demikian juga erosi dan longsoran terlihat pada puncak G. Rinjani.

2.1.5 IKLIM
Iklim sebagai salah satu faktor lingkungan fisik yang sangat penting dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Bebrapa unsur iklim yang penting adalah curah hujan, suhu, dan kelembaban. Di daerah tropika umumnya radiasi tinggi pada musim kemarau dan rendah pada musim penghujan. Namun demikian mengingat sifat saling berkaitan antara unsur iklim satu dengan yang lainnya, maka dalam uraian iklim ini akan diuraikan unsur-unsur iklim yang yang berkaitan dengan pertumbuhan tanaman, (Uftori, 2010).
Secara umum daerah kawasan TN Gunung Rinjani mempunyai iklim tropis. Curah hujan berkisar antara 1.750-2.000 mm di bagian barat laut, utara, timur laut, dan tenggara kawasan serta di bagian utara hingga barat daya Danau Segara Anak dengan curah hujan berkisar anatar 2.000-2.500 mm dan sebagian kecil dengan curah hujan 1.500-1.750 mm. Curah hujan tersebut bervariasi menurut ketinggian dan letak geografis. Kecenderungannya adalah semakin tinggi letak dari permukaan laut maka semakin besar curah hujannya, dan daerah pantai utara serta timur relatif lebih kering dibanding daerah pantai barat dan selatan.
  Perbedaan curah hujan antara satu tempat dengan tempat lainnya bisa sangat tinggi, yaitu dari 700 mm di daerah timur yang paling kering sampai melebihi 3.500 mm di daerah sekitar G. Rinjani. Menurut Schmidth dan Ferguson, TN G. Rinjani termasuk tipe iklim C dan D di sebelah barat dan tenggara, dan tipe iklim E di sebelah timur laut, sedangkan menurut Oldeman TN G. Rinjani ini termasuk tipe iklim D3 dan D4. D3 dengan 3-4 bulan basah, 4-6 bulan kering untuk di sebalah barat daya, tipe iklim D4 dengan 3-4 bulan basah dan 6 bulan kering terjadi di bagian utara dan timur. Musim hujan biasanya terjadi antara bulan November sampai dengan Maret (musim muson barat laut). Suhu rata-rata di Lombok (Mataram) 22°C dengan variasi 30º-32°C (maksimum) dan 20º-4°C (minimum). Kelembaban nisbi antara 75 % - 85 %. Jika tiap kenaikan 100 m diikuti dengan penurunan suhu terbesar 0,5ºC, maka temperatur di puncak G. Rinjani berkisar 1°-11º C terutama jika musim kemarau dan bertiup angin yang kencang,(Kayat, 2007).

2.1.5 EKOSISTEM
Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan pegunungan rendah hingga pegunungan tinggi di Nusa Tenggara. Tipe ekosistemnya terdiri dari :
  • Hutan Tropis Dataran Rendah (Semi Evergreen).
  • Hutan Hujan Tropis Pegunungan (1.500 -2.000 m dpl) yang masih utuh dan berbentuk hutan primer, Hutan cemara, dan vegetasi sub alpin (> 2.000 m dpl) ,(AnonymousB,2011).

2.2 Permasalahan di Wilayah Taman Nasional Gunung Rinjani
Menurut (Kayat,2007) Pembukaan jalur pendakian telah menyebabkan penurunan Erodibilitas tanah (kepekaan jenis tanah terhadap daya penghancuran dan penghanyutan air) terjadinya erosi tanah yang ditandai dengan perubahan tekstur tanah, dengan menurunnya fraksi liat dan tanda-tanda di lapangan berupa erosi parit (gully erotion). Selain itu juga terjadi penurunan fraksi liat yang ada di kawasan pendakian Taman Nasional Gunung Rinjani. Penurunan fraksi liat tersebut disebabkan adanya erosi tanah pada jalur pendakian yang terbuka, di mana proses erosi tersebut mengakibatkan hanyutnya partikel-partikel liat bersama aliran permukaan ketika terjadi hujan.  Proses erosi yang dimulai dengan pukulan air hujan akan melepaskan partikel tanah yang lebih halus seperti liat dan selanjutnya akan turun bersama aliran permukaan ke bawah lereng. Kemudian apabila proses ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama maka fraksi liat yang ada dalam tanah akan menurun persentasenya.


Nampak jelas yang terjadi pada lahan- lahan diatas bahwa lahan yang terdapat pada Taman nasional gunung Rinjani telah terdegradasi lahannya disebabkan oleh banyak faktor.Contohnya saja yang seperti terlihat pada gambar, bahwa kawasan gunung yang harusnya menjadi paru-paru dunia, lahannya terlalap api oleh si jago merah sehingga menyebabkan kerusakan struktur tanah sehingga berpengaruh terhadap kebanyakan sifat fisik tanah seperti aerasi, perkolasi, drainase, dan lain-lain.  Pemadatan tanah karena efeek kebakaran sehingga membuat Pospor menkristal sehingga memadatkan tanah. Selain itu P yang mengkristal, membuatnya tidak tersedia bagi tanaman. Unsur hara yang lainnya pun musnah terkena panasnya api sehingga unsur hara yang terdapat pada daerah terbakar ini sangatlah minim. Selain masalah terbakarnya lahan yang terdapat di kawasan gunung Rinjani, gunung Rinjani ini memiliki lahan yang sangat luas yang hanya memiliki cover crop berupa ilalang dan rumput- rumputan yang menutup rata lahan yang terdapat pada kawasan gunung Rinjani. Tanpa ada pohon yang ada disekitarnya, baru pada ketinggian 2000 lebih, terdapat pinus serta cemara gunung yang cukup memberikan kesan dingin sehingga biasa digunakan berteduh para pendaki. Selain itu pohon tinggi ini akan melidungi diri kita dari angin yang biasanya sampai membuat kulit kita robek dan perih. Apabila hujan turun meskipun dengan skala sedang, telah mampu membuat tanah di kawasan gunung Rinjani ini erosi bahkan bisa longsor karena telah rusaknya struktur tanah alami.



Ditinjau dari segi kebakaran hutan saja, masih banyak hal-hal lain yang menjadi dampak akibat adanya kbakaran hutan.Sisa pembakaran selain menimbulkan kabut juga mencemari udara dan meningkatkan gas rumah kaca. Asap tebal dari kebakaran hutan berdampak negatif karena dapat mengganggu kesehatan masyarakat terutama gangguan saluran pernapasan. Selain itu asap tebal juga mengganggu transportasi khususnya tranportasi udara disamping transportasi darat, sungai, danau, dan laut. Pada saat kebakaran hutan yang cukup besar banyak kasus penerbangan terpaksa ditunda atau dibatalkan. Sementara pada transportasi darat, sungai, danau dan laut terjadi beberapa kasus tabrakan atau kecelakaan yang menyebabkan hilangnya nyawa dan harta benda. Kerugian karena terganggunya kesehatan masyarakat, penundaan atau pembatalan penerbangan, dan kecelakaan transportasi  di darat, dan di air memang tidak bisa diperhitungkan secara tepat, tetapi dapat dipastikan cukup besar membebani masyarakat dan pelaku bisnis.
Dampak lainnya adalah kerusakan hutan setelah terjadi kebakaran dan hilangnya margasatwa. Hilangnya tumbuh-tumbuhan menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi, dan tidak dapat lagi menahan banjir. Karena itu setelah hutan terbakar, sering muncul bencana banjir pada musim hujan di berbagai daerah yang hutannya terbakar. Kerugian akibat banjir tersebut juga sulit diperhitungkan.Selain itu Biodiversitas yang terdapat pada kawasan tersebut menjadi berkurang banyak, termasuk satwa-satwa yang ada di kawasan tersebut.




BAB III
STRATEGI

Lahan merupakan bagian dari bentang lahan (Lanscape) yang meliputi lingkungan fisik  termasuk  iklim,  topografi  / relief, hidrologi  tanah dan keadaan vegetasi alami yang semuanya  secara  potensial  akan  berpengaruh  terhadap  penggunaan  lahan.  Kesadaran  akan  perlunya  konservasi  lahan  sebenarnya  sudah  sejak  lama,  akan tetapi selalu saja ada kesenjangan antara keinginan para petani pemilik lahan dengan para ahli konservasi  tanah karena biasanya adanya keterbatasan biaya dari para petani untuk melaksanakan  perlakuan-perlakuan  yang  diperlukan.  Hal  ini  disebabkan  karena  pada pendekatan    lama  konsentrasi  kegiatan  konservasi  ada  pada  pembuatan  bangunan- bangunan  teras, saluran-saluran dan bangunan  lainnya dan sering dilakukan dengan cara melarang orang bertanam di lahan miring, dll.
Dewasa  ini  Young  (1997)  dalam  Sabarnurdin  (2002)  menyatakan  bahwa  ada pendekatan baru konservasi  tanah yang disebut  land husbandry yang diwujudkan dalam usaha tani dengan pendekatan konservasi. Ciri dari pendekatan ini adalah:
1.    Memfokuskan  pada  hilangnya  tanah  dan  pengaruhnya  terhadap  hasil tanaman sehingga  perhatian  utamanya  bukan  lagi  pada  bangunan  fisik  tetapi  kepada metode  biologis untuk konservasi seperti halnya penanaman penutup lahan.
2.    Memadukan  tindakan  konservasi  tanah  dan  konservasi  air  sehingga  masyarakat mendapat keuntungan langsung dari usaha tersebut.
3.    Melarang  bertani  dilereng  bukan  penyelesaian  masalah.  Tindakan  seperti  ini  tidak bisa diterima secara sosial dan politis. Yang harus dicari adalah metode bertani yang bisa mempertahankan kelestarian sumberdaya lahan dan alam.
4.    Konservasi  lahan  akan  berhasil  bila  ada  partisipasi  dari  masyarakat  terutama  para petani. Motivasi masyarakat akan  timbul bila mereka melihat keuntungan yang akan diperoleh.
5.    Yang  terpenting  lagi  adalah  perlu  adanya  pemahaman  bahwa  kegiatan  konservasi lahan adalah bagian integral dari usaha perbaikan sistem usaha tani.

Agroforestry merupakan suatu sistem pengelolaan lahan dengan berasaskan kelestarian, yang meningkatkan hasil lahan secara keseluruhan, mengkombinasikan produksi tanaman pertanian (termasuk tanaman pohon-pohonan) dan tanaman hutan dan/atau hewan secara bersamaan atau berurutan pada unit lahan yang sama, dan menerapkan cara-cara pengelolaan yang sesuai dengan kebudayaan penduduk setempat. (Petani Kecil,2008)

Agroforestry  sebagai  sistem  penggunaan  lahan makin  diterima  oleh masyarakat karena  terbukti  menguntungkan  bagi  pembangunan  sosial  ekonomi,  sebagai  ajang pemberdayaan  masyarakat  petani  dan  pelestarian  sumberdaya  alam  dan  pengelolaan lingkungan  daerah  pedesaan.  Pola  ini  dirasa  sangat  cocok  dikembangkan  di Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani yang banyak kawasan bertopografi miring, sehingga banyak erosi,


Sedangkan untuk permasalahan erosi, metode-metode pencegahan erosi tanah yang dapat di lakukan di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, antara lain dengan metode mekanik.-vegetatif. Metode ini dilakukan  dengan penanaman berbagai jenis cepat tumbuh yang sesuai dengan kondisi  tanah dan iklim di sekitar lokasi pendakian seperti jenis Duabanga, Macaranga,  dan kruing. Penanaman dapat dilakukan pada titik-titik dengan kemiringan berat  dan panjang lereng yang lebih pendek dan dikombinasikan dengan pembuatan  tangga-tangga dari bahan kayu dan mulsa untuk mengurangi laju aliran  permukaan. Pada daerah-daerah yang telah mengalami erosi parit dapt dibuat bangunan- bangunan pengendali yang terbuat dari kayu, seperti gambar berikut:





BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

.                 Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai harganya karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, dan sebagainya. Karena itu pemanfaatan dan perlindungannya diatur oleh Undang-undang dan peraturan pemerintah.
            Kebakaran merupakan salah satu bentuk gangguan terhadap sumberdaya hutan dan akhir-akhir ini makin sering terjadi. Kebakaran hutan menimbulkan kerugian yang sangat besar dan dampaknya sangat luas, bahkan melintasi batas negara. Di sisi lain upaya pencegahan dan pengendalian yang dilakukan selama ini masih belum memberikan hasil yang optimal. Oleh karena itu perlu perbaikan secara menyeluruh, terutama yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat pinggiran atau dalam kawasan hutan.
            Berbagai upaya perbaikan yang perlu dilakukan antara lain dibidang penyuluhan kepada masyarakat khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor penyebab kebakaran hutan, peningkatan kemampuan aparatur pemerintah terutama dari Departemen Kehutanan, peningkatan fasilitas untuk mencegah dan menanggulagi kebakaran hutan, pembenahan bidang hukum dan penerapan sangsi secara tegas.
            Erosi yang terjadi di kawasan Taman Nasional gunung Rinjani, dapat pula diatasi dengan tidak dilakukan cara-cara pendakian yang dapat merusak tanah disana, karena selama ini pendaki selalu berjalan cepat atau bahkan merosot ketika turun gunung Rinjani. Hal ini dapat merusak struktur yang ada di kawasan tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

·         Wisata, Lombok. 2011. http://www.lombokwisata.com/taman_nasional_gunung_rinjani_lombok.htm. diakses pada 19 September 2011.
·         Suwardji dan Tejowulan (2002). Pertanian Lahan Kering di Propinsi NTB,Prospek dan Kendala Pengembangannya. Makalah Seminar Nasional Pengembangan Sumberdaya Lokal di Universitas Wangsa Manggala, Yogyakarta.
·         Habibi, Putrawan dan Suwardji. Mencari Indikator Cepat Untuk Menilai Perubahan Kualitas Lahanm Di Bawah Tegakan Wanatani (Agroforestry) Lahan Kering Marjinal. Fakultas Pertanian Universitas Mataram;Mataram
·         Anonymous. 2011. Treking Rinjani. www.trekkingrinjani.com. diakses pada 19 September 2011.
·         AnonymousA. 2011. Outbond. www.balioutbound.com. diakses pada 19 September 2011.
·         Soemarsono, 1997. Kebakaran Lahan, Semak Belukar dan Hutan di Indonesia (Penyebab, Upaya dan Perspektif Upaya di Masa Depan). Prosiding Simposium: “Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Sumberdaya Alam dan Lingkungan”. Tanggal 16 Desember 1997 di Yogyakarta. hal:1-14.
Uftori. 2010. Kualitas dan Karakteristik Lahan. http://uftoriwasit.blogspot.com/2010/10/kualitas-dan-karakteristik-lahan.html. diakses pada 19 September 2011.
·         Wikipedia Rinjani, 2011. Gunung Rinjani. http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Rinjani. diakses pada 19 September 2011.
·         AnonymousB.2011. Berpetualang ke Taman Nasional Gunung Rinjani Lombok. http://www.kapalcepat.com/2011/01/berpetualang-ke-taman-nasional-gunung.html.
·         Kayat dan Tigor Butar-Butar .2007. DAMPAK EKOWISATA TERHADAP EROSI TANAH DI JALUR PENDAKIAN MENUJU DANAU SEGARA ANAK TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI  DI PULAU LOMBOK.Mataram
·         Petani Kecil. 2008. http://www.langitperempuan.com/2008. diakses pada 19 September.



TUGAS INI MEMBUAT SAYA INGIN LEBIH JAUH MENGENAL INDONESIA,,..NEGERI TERCINTA INI DAN MENEMUKAN IDE-IDE KONSERVASI SUMBER DAYA YANG TELAH RUSAK,,

KARYA INI DIPERSEMBAHKAN UNTUK SAHABAT-SAHABAT SAYA YANG BERJUANG BERSAMA MERAIH PUNCAK RINJANI DALAM PERSAHABATAN YANG INDAH,,,
Rizka, Mas Tino, Mas Wahyu, Novan, Muhamad Alimin dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Ike Jamaliyah, Mas Yayan, Mas Iqbal dari Universitas Jember
Mas Arif Sugianto dari Universitas Gadjahmada
Mas Deni dan Mas Habib dari Malang
 Abang Pitoy dan Abang Ardian dari Bekasi




Tidak ada komentar:

Posting Komentar